Masih ingat
dalam memori kita setahun yang lalu, pada Jum’at 11 Maret 2011 seluruh
masyarakat di belahan dunia dikagetkan oleh musibah gelombang tsunami sangat
dahsyat yang terjadi di Jepang yang diawali gempa dengan kekuatan sangat besar
9,8 skala Richter, imbasnya kita tahu kota-kota yang berdekatan dengan pesisisr
pantai hancur lebur berantakan.
Yang sangat
membuat cemas warga Jepang maupun dunia, ternyata di sekitar lokasi kejadian
tsunami terdapat beberapa instalasi nuklir yang juga goyah akibat gerakan gempa
dan terjangan gelombang tsunami. Instalasi nuklir dikabarkan kemungkinan
terjadi kebocoran!
Dapat kita
bayangkan seandainya efek bocor instalasi nuklir Jepang terhadap lingkungan
sekitar jika tidak segera ditangani, bukan saja udara dan tanah yang akan
tercemar, kemungkinan besar sumber-sumber air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari juga akan tercemar radiasi nuklir!
Radiasi nuklir
yang dapat menghasilkan radioaktif, ternyata bukan hanya unsur dari Uranium (U)
saja yang umum banyak diketahui masyarakat, tapi unsur Radium (Ra) dan Radon
(Rn) juga termasuk elemen pendukung suatu reactor nuklir, dapat juga mencemari
sumber-sumber air.
Unsur Radium
(Ra) dapat pula dihasilkan dari tempat pembuangan akhir (TPA) sampah, yang akan
mengeluarkan radioaktif Radium 228 dan Radium 226. Radium 228 berupa gelombang
partikel Alpha dan Betha, sedangkan
Radium 226 berupa gelombang partikel Alpha saja, jika terbawa aliran air
kemudian masuk ke dalam aliran sungai, maka sungai tersebut sama saja akan
tercemar limbah nuklir.
Sedangkan
unsur Radon (Rn) secara alami terjadi dari adanya gas radioaktif, gas
radioaktif ini selain dapat dihasilkan dari buangan sampah radioaktif Uranium
(U) yang berasal dari instalasi nuklir, dapat pula dihasilkan dari dalam tanah
dan sumber air bawah tanah yang formasi bebatuannya dominan. Bebatuan
inilah umumnya mengandung Uranium.
Tingkat keasaman (pH) air akan stabil jika suatu sumber air mengandung Uranium.
Efek
radioaktif yang dihasilkan Radon yang masih larut di dalam tanah, lebih ringan
bahayanya dibandingkan Radon yang telah terbentuk gas yang berada di dalam
suatu ruangan seperti rumah dan gedung perkantoran. Dalam hitungan menit Radon
di dalam suatu ruangan akan mengalami akumulasi ke tingkat radiasi yang semakin
tinggi dan akan membayahakan kesehatan
manusia di dalamnya, karena limbah Radon ini tidak terlihat, terasa, dan
tercium indra manusia, dan akan menembus dan menempel di lantai dan dinding rumah
atau gedung perkantoran, pada akhirnya akan mencemari air yang rutin setiap hari digunakan untuk keperluan
sehari-hari.
Bagaimana caranya agar kita tahu, bahwa air yang kita gunakan
sehari-hari tetelah tercemar limbah radioaktif? Jawabnya air tersebut harus
dilakukan analisis secara teliti dengan metoda Artificial Radionuklide, yaitu suatu alat ukur untuk mendeteksi
adanya bocoran, keterpaparan, dan cemaran limbah radioaktif. Pengukuran radiasi
nuklir ini sesungguhnya wajib dilakukan oleh lembaga berwenang terhadap
industri/pabrik, tempat pembuangan akhir sampah, Rumah Sakit, dan
stasion-stasion instalasi dan instansi yang menggunakan energi nuklir.
Telah dimuat di koran "Radar Sukabumi" 16/03/2012
Ir.Iyus Yusup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar