Dalam hal menguji kualitas air, memang tidak sesederhana bayangan kita. Kualitas air seperti yang sering kita temui di masyarakat hanya ditentukan berdasarkan visualisasi, secara kasat mata, pokoknya air yang terlihat jernih pasti dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk minum.
Sesungguhnya ada 4 uji (parameter) untuk menentukan apakah kualitas air memenuhi syarat air bersih/air minum atau sebaliknya bahkan tidak memenuhi samasekali syarat sebagai air bersih maupun air minum.
Pertama, uji fisik. Uji fisik ini termasuk warna, bau, kenampakan, kekeruhan, dan adanya endapan/padatan terlarut. Memang sekiranya karakter air secara organoleptis ini menunjukkan adanya penyimpangan secara tidak wajar misal berbau air selokan atau warnanya hitam, bolehlah orang memvonis air ini sudah tidak layak untuk digunakan, namun apabila air tersebut tidak berbau kemudian warnanya jernih, layakkah digunakan? Untuk itu uji fisik air ini nilainya harus terukur, nilai maksimal minimalnya yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari harus diketahui. Di Indonesia acuannya adalah Permenkes tahun 2010 untuk air bersih/air minum.
Kedua, uji kimia.Uji kimia ini akan melengkapi uji fisik tadi, seandainya uji fisik air diketahui telah memenuhi syarat, maka hasilnya boleh jadi dalam uji kimia diketahui tidak memenuhi syarat sebagai air bersih/air minum.
Uji kimia air meliputi unsur-unsur organik dan anorganik. Kedua unsur tersebut jumlahnya kalau dianalisis secara lengkap, bisa puluhan bahkan ratusan, namun biasanya dengan analisis di bawah 20 unsur kimia kualitas air yang diperiksa dapat diambil kesimpulan.
Ketiga, uji mikrobiologi. Uji mikobiologi atau bakteriologi umumnya dipakai untuk uji kelayakan air minum, meskipun kadang sering digunakan untuk menentukan kelayakan kualitas air bersih karena memang ada batasan jumlah mikroorganisme yang diperbolehkan atau tidak.Bakteri Eschericia coli (E.Coli) yang umum digunakan sebagai indikator bahwa kualitas air sudah tercemar atau tidak.
Keempat, uji radiasi. Uji radiasi air ini sangat penting untuk daerah dimana sumber air melewati atau dekat dengan instalasi pengelolaan yang menggunakan gelombang radiasi alpha, betha, gama, dan unsur-unsur nuklir dan turunannya. Sifat radiasi adalah peluruhan, seandainya air terindikasi terkontaminasi oleh radiasi, maka dapat disimpulkan orang yang memanfatkan air tersebut akan terpapar, efeknya bisa seketika atau beberapa waktu kemudian.
Sukabumi, 26 Desember 2011
ttd.
Ir.Iyus yusup
Minggu, 25 Desember 2011
Kamis, 01 Desember 2011
Perbaikan Kualitas Air
Sering ditemukan di sekeliling kita, bahwa air yang seharusnya bersih dan jernih untuk kebutuhan sehari-hari, ternyata faktanya banyak air yang digunakan oleh masyarakat ada yang berwarna kecoklatan, kekuning-kuningan, agak kehijauan, bahkan yang berbaupun masih digunakan untuk air minum.
Apa yang harus kita lakukan seandainya sumber air sumur, air sungai, air danau, atau sumber air lainnya yang kita miliki untuk dimanfaatkan kebutuhan sehari-hari ini ternyata kualitasnya jelek tidak memenuhi syarat kesehatan? Jawabnya wajib dilakukan perbaikan kualitas air terlebih dahulu (water treatment).
Banyak macam ragam teknologi perbaikan kualitas air ini, dari yang tradisonal, semi modern maupun yang modern.
Tradisional, umumnya diterapkan teknologi tepat guna melalui proses penyaringan(filtrasi) dengan memanfaatkan bahan yang mudah didapatkan sebagai media penyaring seperti, ijuk, kerikil, pasir halus, kapas, pecahan genteng, arang batok kelapa, batuan zeolit, dan lain sebagainya.
Semi modern, umumnya berupa instalasi pengolahan air dengan tahapan tahapan tertentu yang dikendalikan secara manual oleh seorang operator.Tahapan-tahapan prosesnya disesuaikan dengan karakteristik kualitas air baku, misalnya tingkat kekeruhan(turbidity), total padatan terlarut (total dissolved solid), kandungan mangan Besinya, kandungan zat kapur, tota bakteri coli, dan lain sebagainya.
Modern, proses perbaikan kualitas air dilakukan secara automatik, dari mulai air baku sampai kepada air yang siap minum, contohnya produk air minum dalam kemasan, air minum isi ulang yang kian menjamur, air RO (reverses osmosis), air beroksigen, dan lain sebagainya seperti produk sejenisnya.
Teknologi perbaikan kualitas air yang mana, yang paling memungkinkan untuk masyarakat kita. Penulis rasa sementara ini yang tradisional yang paling cocok untuk diberdayakan, disamping murah, bahan medianya pun masih mudah ditemukan, dengan catatan maukah kita sedikit bersusahpayah untuk menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat kita dengan menggunakan air yang higienis, karena faktor kelakuan manusialah sehingga sumber-sumber air yang kita miliki yang seharusnya jernih dan bersih menjadi kecoklatan, kekuning-kuningan, agak kehijauan, bahkan menjadi berbau.
Sukabumi, 01 Desember 2011
Apa yang harus kita lakukan seandainya sumber air sumur, air sungai, air danau, atau sumber air lainnya yang kita miliki untuk dimanfaatkan kebutuhan sehari-hari ini ternyata kualitasnya jelek tidak memenuhi syarat kesehatan? Jawabnya wajib dilakukan perbaikan kualitas air terlebih dahulu (water treatment).
Banyak macam ragam teknologi perbaikan kualitas air ini, dari yang tradisonal, semi modern maupun yang modern.
Tradisional, umumnya diterapkan teknologi tepat guna melalui proses penyaringan(filtrasi) dengan memanfaatkan bahan yang mudah didapatkan sebagai media penyaring seperti, ijuk, kerikil, pasir halus, kapas, pecahan genteng, arang batok kelapa, batuan zeolit, dan lain sebagainya.
Semi modern, umumnya berupa instalasi pengolahan air dengan tahapan tahapan tertentu yang dikendalikan secara manual oleh seorang operator.Tahapan-tahapan prosesnya disesuaikan dengan karakteristik kualitas air baku, misalnya tingkat kekeruhan(turbidity), total padatan terlarut (total dissolved solid), kandungan mangan Besinya, kandungan zat kapur, tota bakteri coli, dan lain sebagainya.
Modern, proses perbaikan kualitas air dilakukan secara automatik, dari mulai air baku sampai kepada air yang siap minum, contohnya produk air minum dalam kemasan, air minum isi ulang yang kian menjamur, air RO (reverses osmosis), air beroksigen, dan lain sebagainya seperti produk sejenisnya.
Teknologi perbaikan kualitas air yang mana, yang paling memungkinkan untuk masyarakat kita. Penulis rasa sementara ini yang tradisional yang paling cocok untuk diberdayakan, disamping murah, bahan medianya pun masih mudah ditemukan, dengan catatan maukah kita sedikit bersusahpayah untuk menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat kita dengan menggunakan air yang higienis, karena faktor kelakuan manusialah sehingga sumber-sumber air yang kita miliki yang seharusnya jernih dan bersih menjadi kecoklatan, kekuning-kuningan, agak kehijauan, bahkan menjadi berbau.
Sukabumi, 01 Desember 2011
Rabu, 30 November 2011
Kelayakan Air Bisa Diminum atau Tidak
Sidang pembaca yang budiman, atas perkenan, saya akan memberikan pencerahan seputar kualitas air, apakah sumber air yang kita miliki atau pun produk air yang kita beli apa itu air isi ulang, air dalam kemasan atau juga produk air hasil perbaikan melalui alat filtrasi air itu benar-benar layak untuk kita minum atau tidak
Pertama, lakukan uji fisik air. Uji fisik air ini sangat mudah dan sederhana sekali. Secara visual perhatikan warna dan penampakan air dan secara penciuman apakah berbau atau tidak. Sebagai pembanding uji fisik air, Air Aquadest (Air Murni) bisa digunakan. Simpan sampel air yang diuji secara fisik ini dan sampel air Aquadet sebagai pembanding selama satu minggu (7 hari), setelah satu minggu bandingkan kualitas fisik airnya dengan sampel aquadest. seandainya terjadi perubahan baik warna, penampakan, atau baunya atau salah satunya misalnya warna air menjadi hijau, kuning dan sebagainya, maka dapat disimpukan bahwa sampel air tersebut tidak layak untuk diminum.
Kedua, lakukan uji kimia air. Uji kimia air ini harus dilakukan di laboratorium, tentu dengan konsekwensi harus mengeluarkan biaya pengujian agar kita menjadi tahu kadar maksimum/minimum zat kimia yang terkandung di dalamnya apakah air yang kita miliki layak diminum atau tidak. Uji kimia ini meliputi kadar Nitrat, Nitrit, Mangan, Besi, Zat Organik, Natrium, Klorida, tingkat keasaman (pH), sampai kepada racun Arsenik yang sangat mematikan ini.
Ketiga, lakukan uji bakteriologi atau bahasa umumnya uji mikrobiologi. Uji mikrobiologi air ini juga harus dilakukan di laboratorium. Adanya indikasi Bakteri Eschericia coli (E.Coli), jelas-jelas air yang kita miliki ini tidak layak untuk diminum, kalau diminum maka efeknya kita akan sakit (waterborn diasseas) seperti kolera, disentri, types, dan sebagainya.
Sukabumi,30 November 2011
Langganan:
Postingan (Atom)