Minggu, 03 November 2013

Air Minum Demin

Air Minum Demin
Apa itu air minum demin? Adalah air minum yang telah terbebaskan dari mineral-mineral yang terkandung dalam air yang dapat secara langsung diminum. Perbaikan proses air ini adalah menghilangkan tingkat kesadahan di dalam air baku yang mengandung kadar kapur menjadi air yang tidak mempunyai tingkat kesadahan sama sekali atau menjadi nihil dan aman untuk kesehatan konsumsi.
Air minum yang mempunyai tingkat kesadahan tinggi seperti kita ketahui adalah sangat riskan untuk kesehatan apabila dikonsumsi untuk air minum, efeknya akan terjadi akumulasi di dalam ginjal yang berakibat batu ginjal, gagal ginjal, kencing batu, dan sebagainya.
Prinsip proses air minum demin adalah demineralisasi, menghilangkan unsur mineral seperti zat kapur (Ca, Mg, CaO, CaCO3) di dalam air dengan jalan proses pertukaran ion(ion exchanger). Media dalam proses pertukaran ion ini umum digunakan resin. Regenerasi untuk Resin Kationnya digunakan basa kuat sedangkan anionnya digunakan zat kimia yang bersifat asam kuat.

Sukabumi, 03 November 2013
Ir.Iyus Yusup

Sabtu, 22 September 2012

Kekeruhan Air (Turbidity)


Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU (nephelometr turbidity unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat turbidimeter. Besaran kekeruhan air minum yang memenuhi syarat  kesehatan berdasarkan acuan yang berlaku adalah tidak lebih dari 5 NTU, secara visual kekeruhan air ini tidak akan terlihat oleh mata. Atas dasar pengalaman bahwa setelah melebihi dari 10 NTU kekeruhan air akan nampak secar visual.
Tingkat kekeruhan air antara sumber yang satu dengan lainnya dapat dipastikan berbeda, ini akibat pengaruh tingkat pencemaran yang berbeda-beda. Sumber air alami seperti mata air dan air terjun (bhs sunda:curug) merupakan sumber air dengan tingkat kekeruhan yang rendah dibanding sumber air lainnya seperti air sumur, air sungai, dan air hujan.
Apa yang harus kita lakukan seandainya sumber air yang kita miliki mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi. Jawabnya harus dilakukan proses pengendapan (koagulasi) terlebih dahulu dengan penambahan bahan aditif berupa koagulan seperti tawas (Al2(SO4)3) setelah itu lakukan penyaringan (filtrasi).

Sukabumi, 23 September 2012 
Ir.Iyus Yusup

Jumat, 24 Agustus 2012

AIR SUMUR


Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar  keluhan menyangkut kualitas air sumur baik dari teman, tetangga,  ibu rumahtangga, atau bisa juga dari pengalaman kita sendiri  ketika sumur gali atau sumur bor selesai dibuat namun kenyataannya secara fisik kualitas airnya  kurang  berkenan dengan keinginan;  warnanya kuning, baunya seperti ada kandungan zat besi,  setelah air sumur dimanfaatkan dan ditampung di bak mandi endapan berwarna kuning menjadi permasalahan tersendiri, bak mandi harus dikuras setiap hari, semakin lama warna kuning kehitaman dari air ini akan lengket di keramik kamar mandi, kamar mandi menjadi kurang estetis,  permasalahan selanjutnya jika merendam dan mencuci pakaian dengan air sumur ini, warna cucian setelah kering  menjadi kekuning-kuningan, belum lagi bila   air sumur  ini.dipakai mandi kulit akan terasa kering bersisik.Air dari sumur dengan ciri-ciri secara fisik berwarna kuning merata dan berbau besi seperti pengalaman diatas dapat dipastikan air sumur tersebut mengandung zat besi (Fe) tinggi. Sedangkan air sumur yang berwarna kuning kehitaman yang lengket di keramik kamar mandi dapat dipastikan air sumur tersebut mengandung zat Mangan (Mn) tinggi.  Air sumur yang mengandung Fe atau  Mn yang bersifat larut dalam air ini ketika dipompa atau ditimba dari lubang sumur bisa saja sesaat airnya kelihatan bersih/jernih, namun apabila didiamkan beberapa saat lagi maka air sumur yang ditampung di bak kamar mandi ini akan berubah warna menjadi agak kuning, tak lama lagi kemudian akan berubah menjadi  kuning kehitaman disertai munculnya gumpalan endapan di dasar bak mandi.
Terjadinya perubahan fisik air sumur seperti ini disebabkan akibat pengaruh kontak dengan udara/oksigen (O2) sekitar secara terus menerus. Karena  O2 bersifat oksidator maka akan terjadi reaksi oksidasi antara O2 dengan  Fe dan Mn sehingga akan menghasilkan besioksida FeO3 dan mangandioksida MnO2.  Fisik air akan mengalami perubahan menjadi kuning, akan terbentuk lapisan seperti agar-agar di permukaan air, dan akan timbul gumpalan endapan di dasar bak mandi. Karakteristik air sumur seperti ini harus dilakukan tahapan proses perbaikan kualitas air terlebih dahulu sebelum digunakan. Apabila langsung digunakan maka akan timbul permasalahan tersendiri seperti pengalaman diatas tadi, yang harus menjadi perhatian adalah dalam hal segi kesehatan jika air sumur tersebut dipakai untuk air minum.
Berbeda misalnya apabila air baku yang kita manfaatkan sehari-hari yang sumbernya dari mata air, air danau, air dari hulu sungai, ataupun dari penampungan air hujan, sekalipun kualitas air baku tersebut terkandung zat polutan (pengotor) yang akan menaikan tingkat kekeruhan (turbidity) air, proses perlakuan perbaikan kualitas airnya relative lebih mudah bila dibandingkan dengan proses perlakuan perbaikan kualitas air yang air bakunya dari air sumur (air bawah tanah) tadi. Hanya dengan perlakuan filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi (dapat menjernihkan dan membunuh kuman air), sumber air  dari mata air, air danau, air dari hulu sungai, ataupun dari penampungan air hujan, dapat secara langsung dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Karakteristik fisik air sumur telah kita ketahui untuk saat ini tidak  sebagus seperti dulu lagi, hal ini cenderung signifikan dengan adanya perubahan struktur tanah dan tingkat cemaran (kontaminasi) air sumur yang  begitu kompleks, kenyataan ini dapat dibuktikan bila air sumur diperiksa/diteliti di Laboratorium Kualitas Air. Pengalaman pribadi penulis yang sering melakukan penelitian dan pemeriksaan sampel air sumur masyarakat, boleh dikatakan faktanya memang air sumur masyarakat sebagian besar telah terindikasi pencemaran mulai dari tingkat rendah sampai kepada pencemaran tingkat tinggi baik itu dari segi fisik, kimia, dan bakteriologi.
Diketahui pula dari beberapa sampel air sumur masyarakat yang diambil secara acak, kualitas air sumur masyarakat ternyata berbeda-beda di setiap wilayah tergantung dari struktur tanah dan tingkat pencemarannya tadi. Sejatinya untuk air sumur yang terindikasi pencemaran baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologis harus dilakukan perbaikan kualitas terlebih dahulu melalui beberapa tahap proses perlakuan sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari, hal ini tidak cukup hanya dengan proses filtrasi dan desinfeksi saja, minimal setelah proses perbaikan, air sumur tersebut dapat memenuhi syarat untuk  digunakan sebagai sumber air bersih (keperluan rumah tangga).
Tahapan proses perbaikan kualitas air seperti apa yang harus kita lakukan seandainya sumber air sumur yang telah kita buat ternyata kandungan zat Besi dan Mangannya  cukup tinggi? Tahapan proses perbaikan kualitas air sumur yang mengandung kadar Besi dan Mangan  cukup tinggi berdasarkan teoritis bisa kita lakukan secara kombinasi antara proses aerasi, koagulasi, filtrasi, dan desinfeksi. Proses aerasi adalah mengontakkan air sumur dengan udara O2 bebas  secara alami sehingga diharapkan akan terjadi pengendapan. Begitupun proses koagulasi dengan panambahan zat katalisator/koagulan dengan tujuan agar terjadi reaksi pengendapan. Adapun tujuan melakukan proses filtrasi adalah untuk menahan endapan hasil proses Aerasi dan Koagulasi tadi sehingga air sumur yang lolos (filtrate) diharapkan akan menjadi air sumur yang bersih yang kadar Fe dan Mn nya dapat memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih ataupun air minum.  Sedangkan proses desinfeksi dilakukan dengan tujuan penjernihan dan juga penyucihamaan mikroorganisme yang masih hidup di dalam air sumur  sehingga air sumur aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu alternative aplikasi teknologi tepat guna dalam perbaikan kualitas air sumur yang mengandung kadar Fe dan Mn dapat penulis ilustrasikan seperti pada sketsa gambar 1.    
Secara singkat tahapan prosesnya dapat diterangkan sebagai berikut: Air sumur yang kandungan besi dan mangan-nya  diketahui melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan, dengan bantuan pompa,
sebelum memasuki dua tahapan penyaringan, air sumur ini secara kontinyu dialirkan dengan jalan disemprotkan (spray aeration) agar terjadi reaksi dengan oksigen (O2) secara alami. Media penyaring digunakan batuan antrasit (posisinya di lapisan atas) dan pasir kuarsa (posisinya dilapisan bawah). Posisi penempatan susunan media penyaring ini dilakukan atas dasar perbedaan berat jenisnya, Batuan antrasit berat jenisnya lebih kecil dibanding pasir kuarsa.  Setelah melalui tahapan filtrasi maka  air sumur yang lolos (filtrate) ditampung di ruang penampungan air (reservoir). Apakah terjadi pembebasan/ pengurangan kadar besi dan mangan? Seandainya terjadi penurunan kadar Fe dan Mn dan hasil analisisnya diketahui tidak melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan, maka air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari termasuk untuk air minum. Tetapi seandainya Kadar Fe dan Mn masih cukup tinggi masih diatas ambang batas yang diperbolehkan, maka harus dilakukan pengulangan tahapan proses kedua. Media penyaring dapat dikombinasikan  antara kuarsa, antrasite, zeolit, dan karbon aktif.
Sketsa gambar ini mudah-mudahan dapat menginspirasi pembaca, seandainya mempunyai permasalahan air sumur seperti diatas tadi. Penulis pernah melakukan percobaan dalam skala kecil, yang pernah penulis hadirkan dalam majalah ini, penulis memanfaatkan media penyaring batuan antrasit dan pasir kuarsa yang habis pakai, setelah dilakukan pencucian kembali ternyata masih bermanfaat untuk menurunkan kadar Fe dan Mn yang terkandung dalam air sumur. Bagi promovendus (peneliti) menjadi harapan bahwa sketsa gambar ini dapat menjadi bahan penelitian dari berbagai variable dan parameter uji.***
 Sukabumi, 24 Agustus 2012
Ir.Iyus Yusup

Jumat, 06 Juli 2012

Kualitas Air Untuk Peternakan Ikan


Dalam kesempatan tulisan ini akan saya jelaskan sekilas tentang kualitas air untuk peternakan ikan, berhubung ada beberapa yang masuk ke HP saya bertanya dan meminta solusinya.
Dapat diinformasikan disini bahwa kualitas air untuk peternakan ikan dapat dikategorikan untuk:
1. Ikan air tawar: ikan mas, koi, bermacam jenis ikan hias, lele, dsb
2. Ikan air payau: udang, bandeng, dsb
3. Ikan air laut: semu jenis ikan laut, dan ikan laut hias
Semua kategori di atas, kualitas air akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangbiakan, kesehatan, dan keberlangsungan ikan itu sendiri, seperti:
1. Salinitas (kadar garam), untuk udang dan bandeng
2. Stabilitas keasaman air (pH air), untuk semua jenis ikan
3. Suhu/temperatur air untuk semua jenis ikan
4. Kandungan kimia air. ada beberapa ikan yang memang membutuhkan kadar kimia tinggi sebagai nutrisinya, namun banyak juga yang peka terhadap kandungan kimia air, misalnya Nitrat (NO3) dan Nitrit (NO2).
5. Fisik air. ada yang tidak biasa hidup di air jernih, dan sebaliknya
6. Jumlah mikroorganisme air, terutama mikroorganisme patogen, penyebab ikan tidak sehat (sakit)
Adanya pengaruh perubahan kualitas air untuk peternakan ikan ini dapat diakibatkan:
1. Kualitas sumber air tidak cocok untuk ikan
2. Tidak adanya pengaturan suhu air
3. Pemberian pakan ikan tidak teratur
4. Oksigen di dalam air, akibat tidak ada aerator, sirkulasi air, dan penggantian air
5. Kurang perhatian terhadap perawatan kolam atau aquarium

Sukabumi, 8 Juli 2012
Ir.Iyus yusup




Minggu, 10 Juni 2012

Sekillas Tentang Air Bersih


Meskipun wujud dan kegunaan air (H2O) sudah tidak asing  bagi warga masyarakat, khususnya untuk keperluan sehari-hari; seperti mandi, mencuci, masak, minum. Namun sebenarnya masih banyak yang perlu diketahui masyarakat mengenai seputar air bersih ini. Dari mulai menjaga, memelihara sumber air,  sampai kepada memperoleh air yang memenuhi syarat kesehatan. 
Pertanyaan mendasar sering kali terdengar mengenai definisi dari air bersih itu sendiri. Memang betul definisi air bersih itu perlu diketahui secara benar, agar masyarakat dapat mengerti dan menangkap makna air bersih itu.
Air bersih seperti umumnya secara visual, memang kelihatan bersih, tapi perlu diketahui bahwa air bersih itu belum tentu bersih dari unsur-unsur kimia yang berbahaya yang berpengaruh terhadap rasa, bau, dan kandungan bakteri di dalamnya.
Secara mudah sebenarnya makna air bersih itu adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya harus diketahui telah memenuhi syarat kesehatan, dan apabila
dimanfaatkan untuk air minum, maka harus dimasak terlebih dahulu ( Permenkes Tahun 2010).
Perlu diketahui, bahwa ada beberapa macam sumber air bersih yang umum diproduksi oleh PDAM diantaranya:
1.Air bersih yang bersumber dari Sungai. Sumber air ini harus dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu, seperti koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.  
2.Air bersih yang bersumber dari mata air. Sumber air ini umumnya hanya dilakukan desinfeksi saja untuk membunuh bakteri dalam air.
3.Air bersih yang bersumber dari sumur bor dalam (DeepWell). Sumber air ini biasanya hanya dilakukan desinfeksi secara temporer untuk menghilangkan bakteri kontaminan.
Seperti telah dijelaskan, bahwa kualitas air bersih tidak hanya dilihat secara visual saja. Untuk itu maka harus dilakukan uji kualitas air seacara lengkap dan secara rutin, sehingga hasilnya selain dapat dilihat secara visual bersih, juga bersih dari unsur kimia yang berbahaya, bau dan rasa yang tidak diinginkan, juga bebas dari kandungan bakteri pathogen di dalamnya.  

Sukabumi, 10 Juni 2012
Ir.Iyus Yusup

Sabtu, 05 Mei 2012

Kualitas Lumbung Air Hujan

      Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki curah hujan cukup tinggi di dunia, namun hingga saat ini teknologi dan manajemen pemanfaatan air hujan cenderung terabaikan. Kualitas air hujan di Indonesia sebenarnya relatif bagus karena pencemaran udara yang berasal dari buangan asap organik dan anorganik hanya terjadi di kota-kota besar saja.
    Analisis tingkat keasaman air hujan (pH) dapat dijadikan sebagai indikator awal bahwa kualitas air hujan telah tercemar atau belum, misalnya sering kita dengar di suatu wilayah terjadi hujan asam berarti air hujan tersebut telah tercemar oleh tingginya polusi udara di wilayah tersebut. Indikator ini akan menghasilkan pH jauh di bawah pH 7 (pH netral).
    Pemanfaatan air hujan secara teknologi boleh dikatakan relatif lebih mudah dalam hal perbaikan kualitas airnya (water treatment), demikian pula secara manajemen sebenarnya tidak begitu rumit. Ringkasnya air hujan diolah kemudian disimpan dalam suatu reservoir (bak penampungan) kemudian pada saat musim kemarau tiba siap untuk didistribusikan secara teratur. Lumbung air hujan akan terasa manfaatnya untuk wilayah yang sering dilanda air bah pada saat musim hujan dan kekurangan air saat musim kemarau, contohnya Jakarta. 

Sukabumi, 06 Mei 2012
Ir.Iyus Yusup