Jumat, 24 Agustus 2012

AIR SUMUR


Akhir-akhir ini seringkali kita mendengar  keluhan menyangkut kualitas air sumur baik dari teman, tetangga,  ibu rumahtangga, atau bisa juga dari pengalaman kita sendiri  ketika sumur gali atau sumur bor selesai dibuat namun kenyataannya secara fisik kualitas airnya  kurang  berkenan dengan keinginan;  warnanya kuning, baunya seperti ada kandungan zat besi,  setelah air sumur dimanfaatkan dan ditampung di bak mandi endapan berwarna kuning menjadi permasalahan tersendiri, bak mandi harus dikuras setiap hari, semakin lama warna kuning kehitaman dari air ini akan lengket di keramik kamar mandi, kamar mandi menjadi kurang estetis,  permasalahan selanjutnya jika merendam dan mencuci pakaian dengan air sumur ini, warna cucian setelah kering  menjadi kekuning-kuningan, belum lagi bila   air sumur  ini.dipakai mandi kulit akan terasa kering bersisik.Air dari sumur dengan ciri-ciri secara fisik berwarna kuning merata dan berbau besi seperti pengalaman diatas dapat dipastikan air sumur tersebut mengandung zat besi (Fe) tinggi. Sedangkan air sumur yang berwarna kuning kehitaman yang lengket di keramik kamar mandi dapat dipastikan air sumur tersebut mengandung zat Mangan (Mn) tinggi.  Air sumur yang mengandung Fe atau  Mn yang bersifat larut dalam air ini ketika dipompa atau ditimba dari lubang sumur bisa saja sesaat airnya kelihatan bersih/jernih, namun apabila didiamkan beberapa saat lagi maka air sumur yang ditampung di bak kamar mandi ini akan berubah warna menjadi agak kuning, tak lama lagi kemudian akan berubah menjadi  kuning kehitaman disertai munculnya gumpalan endapan di dasar bak mandi.
Terjadinya perubahan fisik air sumur seperti ini disebabkan akibat pengaruh kontak dengan udara/oksigen (O2) sekitar secara terus menerus. Karena  O2 bersifat oksidator maka akan terjadi reaksi oksidasi antara O2 dengan  Fe dan Mn sehingga akan menghasilkan besioksida FeO3 dan mangandioksida MnO2.  Fisik air akan mengalami perubahan menjadi kuning, akan terbentuk lapisan seperti agar-agar di permukaan air, dan akan timbul gumpalan endapan di dasar bak mandi. Karakteristik air sumur seperti ini harus dilakukan tahapan proses perbaikan kualitas air terlebih dahulu sebelum digunakan. Apabila langsung digunakan maka akan timbul permasalahan tersendiri seperti pengalaman diatas tadi, yang harus menjadi perhatian adalah dalam hal segi kesehatan jika air sumur tersebut dipakai untuk air minum.
Berbeda misalnya apabila air baku yang kita manfaatkan sehari-hari yang sumbernya dari mata air, air danau, air dari hulu sungai, ataupun dari penampungan air hujan, sekalipun kualitas air baku tersebut terkandung zat polutan (pengotor) yang akan menaikan tingkat kekeruhan (turbidity) air, proses perlakuan perbaikan kualitas airnya relative lebih mudah bila dibandingkan dengan proses perlakuan perbaikan kualitas air yang air bakunya dari air sumur (air bawah tanah) tadi. Hanya dengan perlakuan filtrasi (penyaringan) dan desinfeksi (dapat menjernihkan dan membunuh kuman air), sumber air  dari mata air, air danau, air dari hulu sungai, ataupun dari penampungan air hujan, dapat secara langsung dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.
Karakteristik fisik air sumur telah kita ketahui untuk saat ini tidak  sebagus seperti dulu lagi, hal ini cenderung signifikan dengan adanya perubahan struktur tanah dan tingkat cemaran (kontaminasi) air sumur yang  begitu kompleks, kenyataan ini dapat dibuktikan bila air sumur diperiksa/diteliti di Laboratorium Kualitas Air. Pengalaman pribadi penulis yang sering melakukan penelitian dan pemeriksaan sampel air sumur masyarakat, boleh dikatakan faktanya memang air sumur masyarakat sebagian besar telah terindikasi pencemaran mulai dari tingkat rendah sampai kepada pencemaran tingkat tinggi baik itu dari segi fisik, kimia, dan bakteriologi.
Diketahui pula dari beberapa sampel air sumur masyarakat yang diambil secara acak, kualitas air sumur masyarakat ternyata berbeda-beda di setiap wilayah tergantung dari struktur tanah dan tingkat pencemarannya tadi. Sejatinya untuk air sumur yang terindikasi pencemaran baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologis harus dilakukan perbaikan kualitas terlebih dahulu melalui beberapa tahap proses perlakuan sebelum digunakan untuk keperluan sehari-hari, hal ini tidak cukup hanya dengan proses filtrasi dan desinfeksi saja, minimal setelah proses perbaikan, air sumur tersebut dapat memenuhi syarat untuk  digunakan sebagai sumber air bersih (keperluan rumah tangga).
Tahapan proses perbaikan kualitas air seperti apa yang harus kita lakukan seandainya sumber air sumur yang telah kita buat ternyata kandungan zat Besi dan Mangannya  cukup tinggi? Tahapan proses perbaikan kualitas air sumur yang mengandung kadar Besi dan Mangan  cukup tinggi berdasarkan teoritis bisa kita lakukan secara kombinasi antara proses aerasi, koagulasi, filtrasi, dan desinfeksi. Proses aerasi adalah mengontakkan air sumur dengan udara O2 bebas  secara alami sehingga diharapkan akan terjadi pengendapan. Begitupun proses koagulasi dengan panambahan zat katalisator/koagulan dengan tujuan agar terjadi reaksi pengendapan. Adapun tujuan melakukan proses filtrasi adalah untuk menahan endapan hasil proses Aerasi dan Koagulasi tadi sehingga air sumur yang lolos (filtrate) diharapkan akan menjadi air sumur yang bersih yang kadar Fe dan Mn nya dapat memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air bersih ataupun air minum.  Sedangkan proses desinfeksi dilakukan dengan tujuan penjernihan dan juga penyucihamaan mikroorganisme yang masih hidup di dalam air sumur  sehingga air sumur aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu alternative aplikasi teknologi tepat guna dalam perbaikan kualitas air sumur yang mengandung kadar Fe dan Mn dapat penulis ilustrasikan seperti pada sketsa gambar 1.    
Secara singkat tahapan prosesnya dapat diterangkan sebagai berikut: Air sumur yang kandungan besi dan mangan-nya  diketahui melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan, dengan bantuan pompa,
sebelum memasuki dua tahapan penyaringan, air sumur ini secara kontinyu dialirkan dengan jalan disemprotkan (spray aeration) agar terjadi reaksi dengan oksigen (O2) secara alami. Media penyaring digunakan batuan antrasit (posisinya di lapisan atas) dan pasir kuarsa (posisinya dilapisan bawah). Posisi penempatan susunan media penyaring ini dilakukan atas dasar perbedaan berat jenisnya, Batuan antrasit berat jenisnya lebih kecil dibanding pasir kuarsa.  Setelah melalui tahapan filtrasi maka  air sumur yang lolos (filtrate) ditampung di ruang penampungan air (reservoir). Apakah terjadi pembebasan/ pengurangan kadar besi dan mangan? Seandainya terjadi penurunan kadar Fe dan Mn dan hasil analisisnya diketahui tidak melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan, maka air tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan sehari hari termasuk untuk air minum. Tetapi seandainya Kadar Fe dan Mn masih cukup tinggi masih diatas ambang batas yang diperbolehkan, maka harus dilakukan pengulangan tahapan proses kedua. Media penyaring dapat dikombinasikan  antara kuarsa, antrasite, zeolit, dan karbon aktif.
Sketsa gambar ini mudah-mudahan dapat menginspirasi pembaca, seandainya mempunyai permasalahan air sumur seperti diatas tadi. Penulis pernah melakukan percobaan dalam skala kecil, yang pernah penulis hadirkan dalam majalah ini, penulis memanfaatkan media penyaring batuan antrasit dan pasir kuarsa yang habis pakai, setelah dilakukan pencucian kembali ternyata masih bermanfaat untuk menurunkan kadar Fe dan Mn yang terkandung dalam air sumur. Bagi promovendus (peneliti) menjadi harapan bahwa sketsa gambar ini dapat menjadi bahan penelitian dari berbagai variable dan parameter uji.***
 Sukabumi, 24 Agustus 2012
Ir.Iyus Yusup